Sepotong Puisi dan Makna Sebuah Tulisan
Aku ingin menjadikanmu kapital di setiap permulaan
Agar kamu tau kamu selalu ada di tiap awal kebahagiaan
Agar kamu tau kamu adalah awalan
Agar kamu tau aku melibatkanmu di setiap keinginan
Aku ingin menjadikanmu titik pada tiap baris kehidupan
Agar aku bisa bernafas tanpa siksaan
Agar aku bisa menandaimu bahwa kamu adalah akhiran
Agar aku bisa memulai apa-apa tanpa terengah karena terlalu lelah jika tanpa jeda yang menjadi akhiran
Kamu adalah awalan dan akhiran yang masih aku semogakan
Menjadi pelengkap pada kumpulan kata di tiap lembaran
Sebagai manusia kamu akan mengalami satu fase tentang percintaan yang pasti kamu rasakan. Entah itu sekadar suka tanpa pernah mengungkapkan, atau malah justru berpacaran bergonta ganti pasangan. Itu lah kehidupan. Mustahil jika hidup sebagai manusia tapi tidak pernah merasakan apa itu jatuh cinta. Kata kebanyakan orang, cinta itu anugerah. Banyak novel yang ku baca juga mengatakan demikian. Kita tidak pernah bisa menyalahkan kenapa kita jatuh cinta, kita hanya bisa mengarahkan kepada siapa kita pantas untuk jatuh cinta.
Tentang cinta, aku bukan sepuitis Fiersa Besari menuliskan kalimat dengan permainan frasa yang apik. Bukan sedalam Falafu mengungkapkan perasaannya tentang pengalaman cintanya kala itu. Sederhana saja. Aku seperti kamu, seperti kalian.
Tentang puisi dan orang di balik ide pembuatannya cukup aku saja yang tau. Kalian tak perlu. Aku bukan penulis, tapi aku gemar menulis. Aku sering menulis segala sesuatu tepat seperti apa yang aku rasakan. Tapi kalian perlu tau tidak semua yang aku tulis adalah apa yang aku rasakan. Paham maksud ku menjelaskan? Jika belum, mari kita pergi ke suatu tempat yang enak untuk dijadikan tempat ngobrol, aku akan menjelaskan lebih detail tentang maksud perkataan itu jika memang membingungkan.
Puisi bagiku adalah perasaan. Tulisan bagiku adalah pengungkapan. Tapi membaca bagiku perlu penyaringan dan pembuktian dengan rasa ketidakpercayaan yang sepenuhnya. Untuk mengerti, kita tidak bisa hanya sekali mengenali. Tidak bisa jika hanya sekali mengamati. Bahkan dua tiga kali pun kadang masih belum cukup untuk disimpulkan menjadi bukti. Kadang banyak orang bersembunyi di balik kata yang ia tulis. Misalnya, kamu sudah cukup lelah bertengkar dengan kekasihmu. Sudah cukup lelah rasanya mengalah. Memberi kesempatan ia berubah tapi nyatanya tetap. Padahal kamu begitu ingin memperjuangkan, begitu ingin bergandengan. Dan untuk kesekian kali kamu kembali menulisakan,
"Iya, nggak papa. Aku baik-baik saja. Jangan lupa makan. Jaga dirimu baik-baik. Aku rindu. Aku Sayang kamu."
Kalimat terbohong yang berulang kamu tuliskan untuk membuat suasana seakan baik-baik saja. Agar semuanya tetap terjaga. Padahal derai cucuran air mata mu tak berhenti membasahi pipi mu yang tembam dan sesak di dada.
Aku cukup mengerti kadang kita memang harus membubuhkan satu dua arti pada frasa yang kita tulis. Bukan berarti melebihkan yang akan berdampak merugikan bagi orang lain.Tapi untuk unsur keindahan, ku rasa perlu untuk dilakukan. Atau mungkin, kadang kita juga harus mengurangi dua tiga arti sebenarnya. Bukan pula untuk membohongi pembaca tentang apa yang kita tulis. Melainkan semua mempunyai maksud, bahwa tidak semua hal memang harus sepenuhnya jujur untuk disampaikan. Terlebih jika itu akan menjadi konsumsi banyak orang.
Kembali ke masalah cinta. Orang yang sedang jatuh cinta atau patah hati karena cinta adalah orang yang ajaib. Pasalnya menurutku ketika seseorang mengalami fase ini, mereka bisa berubah secepat kilat menjadi seorang pujangga. Kata-katanya mendadak puitis dan romantis. Penggunaan majas dan rima nya cantik. Lagi-lagi, tulisan memang berperan di sini. Tulisan lekat kaitannya dengan urusan-urusan ini. Pun puisi. Menari-nari di tiap kondisi sedang atau sudah merasa cinta, mencintai, atau dicintai.
Komentar
Posting Komentar