Mempertahankan Hubungan atau Menunda Perpisahan?
source: google.co.id
Sebenarnya apa yang sedang kita lakukan sekarang, sayang? Mempertahankan hubungan atau hanya menunda perpisahan?
Kalimat itu cukup menguras energiku kali ini. Aku seakan dipaksa untuk memikirkan kemungkinan yang pada akhirnya menjadi ketidakmungkinan yang dikhawatirkan. Aku bukan pesimis tentang suatu keadaan yang sekarang sedang berjalan. Hanya saja, perasaanku sedang menghilang entah ke mana. Sampai akhirnya pikiranku mulai menguasai apa-apa yang aku tutupi dengan naluri.
Dua puluh empat jam sehari, rasanya dua puluh lima jam kita berselisih paham. Mendebatkan apa-apa yang membuat semua semakin rumit. Aku mungkin bisa mengalah, tapi sekali lagi aku lelah. Kamu mungkin bisa juga mengalah, tapi kamu memilih untuk tak kalah. Jika sudah seperti ini rasa-rasanya aku ingin benar-benar menyerah. Mencukupkan apa-apa yang selama ini masih selalu berhasil untuk dilanjutkan. Tapi, jika diingat sudah sejauh ini melangkah. Sudah selama ini saling mengenal, menghabiskan waktu, mencuri temu untuk melepas rindu, rasanya luluh kembali segala amarah yang bergerutu. Untuk kesekian kali, mengingat hal-hal tentang keindahan bersama mu adalah senjata terhebat untuk melenyapkan puluhan tanduk yang mencuat di kepalaku. Apakah itu bentuk mempertahankan hubungan? Apakah itu termasuk usaha mempertahankan hubungan?
Aku selalu lemah saat kamu mengulagi kesalahan yang sama untuk kesekian kalinya, aku terlalu mudah luluh dan memaafkan. Ketika aku ingin sudah, seketika itu pula hal-hal baik tentangmu berkeliaran memenuhi apa-apa dipikiran. Satu persatu terurai lalu menanyakan, "sudah sejauh ini melangkah, yakin ingin menyerah?" Bisikan itu disertai sikap teduhmu yang kemudian muncul. Teduh yang aku butuh untuk ku rengkuh. Teduh yang berhasil membuat rapuh tak tersentuh. Aku pasrah. Tanduk ku patah. Aku kembali merengkuh dekap mu dalam rentang kedua lengan kekar itu.
Entahlah mana yang benar tentang mempertahankan hubungan atau menunda perpisahan. Semua belum bisa terlihat di masa sekarang. Masa depan terlalu rapi merapatkan rahasia-rahasia yang tersimpan. Seperti biasanya, aku tetap menyemogakan kamu menjadi yang terdepan. Toh, jika pada akhirnya kita juga memang akan dipisahkan. Hanya saja yang satu dengan kebahagiaan, atau justru dengan tangisan.
Komentar
Posting Komentar