Pertemuan
source: google.com
Teruntuk kamu, pemilik mata coklat yang tatapnya hangat. Aku adalah ramai yang berhasil kamu tenangkan dengan sekali lihat. Aku adalah deras hujan yang berhasil kamu redakan dengan doa yang terikat. Aku adalah kumpulan kekhawatiran yang berhasil kamu tenangkan dengan pelukan yang erat.
Pertemuan denganmu adalah awal dari kebahagiaan yang Tuhan kirim. Sebuah awalan memang selalu menghadirkan rasa penasaran. Menghadirkan sapa yang berulang dan tak berujung. Menghadirkan temu yang selalu direncana untuk yang kedua, ketiga, dan seterusnya. Menghadirkan bicara dengan topik pembahasan yang seakan tidak ada habisnya diceritakan. Lewat pertemuan denganmu, aku mengenal ketenangan. Bahwa tidak semua hal yang mengkhawatirkan harus dilalui dengan kepanikan. Lewat pertemuan dengan mu, aku tahu bahwa eksekusi lebih baik dari pada merencanakan apa-apa yang malah membuat semua terlihat membayang tanpa kejelasan. Dan lewat pertemuan dengan mu, aku belajar membahagiakan diri sendiri itu sederhana. Sesederhana tidak membuat kesimpulan apa-apa yang pada akhirnya meracuni pikiran kita dan membuatnya semakin rumit karena pemikiran-pemikiran kita sendiri.
Semakin lama waktu berjalan, hadirmu adalah kenyamanan yang bukan sekadar aku inginkan, tetapi aku butuhkan. Kamu bukan mengajarkan bagaimana menjadi yang seharusnya, tapi mencontohkan bagaimana menjadi semestinya. Kamu bukan menggurui tentang cara-cara yang tepat untuk mendapat jawaban, tapi kamu memahami untuk kemudian dibicarakan. Entah penggambaran seperti apa lagi yang harus aku jabarkan agar deskripsi tentangmu begitu jelas dirasakan.
Untuk sementara, aku menyebutmu sebagai jawaban. Untuk ke depan, aku menyebutmu sebagai harapan. Setelah ini, mudah-mudahan kita saling mengupayakan apa-apa yang masih menjadi sebuah pertanyaan.
Komentar
Posting Komentar