Kamu Perlu Tau

Harus berapa kali aku berdamai dengan perpisahan dan sakit hati? Sementara rasa-rasanya hatiku sudah hancur tak berupa. Sakit seperti apa juga kiranya entah kepingan bagian mana yang akan merasakan perihnya. 

--------------------------

Di bawah guyuran hujan, pohon di luar kamar terlihat basah. Tetes airnya mengucur dengan deras. Suaranya merdu ketika airnya jatuh tepat ke tanah dan bebatuan. Langit malam ini semakin gelap dengan mendung yang pekat. Tanpa sinaran bulan dan lintang gemerlapan. Sayu-sayu aku dengar Ibu dan Bapak sedang membicarakan penyanyi di salah satu acara televisi favorit di ruang tengah. Aku memilih di sini. menyendiri di kamar dengan kaki tertutup selimut gambar Cinderella. Udaranya cukup dingin. Rasanya dengan segala suasana yang sedemikian syahdu, menurutku menuliskan cerita tentangmu adalah sebuah ketepatan. 

Kamu? Siapa memang yang ku maksud dengan kamu? 
Kamu yang ku sebut dengan perpisahan. Kamu yang ku artikan kenangan. Kamu yang tangisnya  penuh dengan kesakitan. 

Bukan salah mu memang kalau pada akhirnya kamu memilih untuk menjauh. Untuk pergi mengembara,berlari sejauh kamu ingin. Menemui apa-apa yang sudi untuk ditemui. Berkenalan dengan sesiapa saja asal kan tepat dijadikan pelarian. Bukan salahmu kalau pada akhirnya postingan media sosialmu banjir dengan feed yang di dalamnya memuat perempuan yang dulu kucemburui untuk dekat dengan mu. Lalu ku akan marah sekarang? Pastilah tidak. Aku menyimpan sesakku di sini, sendiri. Tanpa kamu tau. Tanpa kamu mengerti bagaimana rasanya sudah jatuh tertimpa tangga. 

Kemudian, mungkin di sana kamu akan berpuas hati membayangkan bahwa pasti aku sakit hati. Menyesal karena telah membuat keputusan yang tak pernah kau sangkakan akan ku katakan. Mungkin, di sana kamu akan terus terusan berulah. Melakukan apa-apa yang dulu aku batasi. Atau bisa jadi, kamu sedang meneluarkan umpatan-umpatan tentang apapun untuk ku. Mengutukku tidak akan pernah menemui bahagia seperti bahagianya aku ketika berhasil bertemu denganmu setelah sekian lama jarak dan waktu memisahkan. 

Ketahuilah, kamu adalah bagian yang masih selalu aku semogakan meski keadaan sekarang tak memungkinkan untuk bersandingan. Kamu adalah apa-apa yang masih kusebutkan dalam doa dan segala permohonan kepada Tuhan. 

Mungkin kamu bertanya, "kenapa jika masih diinginkan, bahkan disemogakan tapi harus dibuat sebuah keputusan yang menyakitkan?" 
Sayang, aku menginginimu. Tapi salah rasanya jika perasaan ini diumbar terlalu terang sekarang. Salah rasanya jika ini semua diteruskan sekarang. Mengertilah, aku bahkan berdebat dengan perasaan ku ketika logika ku berkata-kata. Rasa-rasanya aku seperti memotong jari-jariku ketika kuku ku panjang. Menyakitkan. Bukan hanya untukmu. Pun begitu rasanya untukku. Bahkan mungkin lebih menyakitkan untukku. Kenapa? Karena aku yang sedari awal menginginimu. Aku yang sedari awal membiasakan diriku tergantung dengan mu. Aku yang sedari awal menaruhkan harapan lebih kepadamu. Tapi, pada akhirnya aku pula yang yang harus mencukupkan.

Kamu tidak akan pernah tau bagaimana rasanya bertarung dengan perasaan ingin dan cukup. Kamu tidak akan pernah mengerti bagaimana rasanya ingin tanpa ada kata tapi. Mengertilah aku menyudahi bukan karena aku tak lagi mencintai. Bukan karena rasa sayangku habis dan kering. Bukan karena aku ingin menyudahi. 

Di sini, ditemani gemericik air hujan yang mulai reda. Aku membayangkanmu sedang menengadahkan tangan. Mendoakan segala yang terbaik untuk kita. Memintakan apa-apa yang selama in menjadi impian kita. Memohonkan kemudahan untuk mu berjuang dan bersabar. Hingga pada akhirnya aku dan kamu benar-benar menjadi kita. Memang lebih baik aku membayangkan kebaikan-kebaikan yang sedang kamu lakukan. Membayangkan kebahagiaan-kebahagiaan yang sedang kamu perjuangkan. 

Kalau pada akhirnya kebaikan dan kebahagiaan itu bukan lagi berujung menjadi milikku, setidaknya aku pernah meyakinimu bahwa kamu berjuang dengan penuh ketulusan dan kerendahan hati. Dengan begitu, siapapun nanti penggantiku semoga dia beruntung mendapatkanmu yang telah menjadi seutuhnya dirimu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertemuan

Mendung Pagi Ini

Setahun ke mana aja?