Pelengkap
source: google.com
Kita sama sekali tidak pernah mengikrarkan apapun hingga aku dan kamu melebur menjadi kita. Kita adalah aliran yang muaranya masih jauh di ujung sana. Masih belum dapat terlihat apakah arusnya akan deras dengan lajur yang lurus. Atau arusnya tenang tapi lajurnya bercabang. Atau justru arusnya deras dan lajurnya bercabang? Entahlah. Menebak-nebak sesuatu bukanlah keahlianku. Pun kamu. Hal-hal seperti itu hanya akan menghambat kita untuk saling mempererat dekat.
Waktu seakan berlalu begitu cepat ketika kita sedang dekat. Menghabiskan hari berdua sepulang kuliah adalah hal terfavorit. Entah untuk makan di warung pinggir jalan sederhana, jajan es buah kesukaan di daerah Gajahan, atau sekadar menetap di lorong kampus membicarakan sesiapa saja yang lewat hingga berlarut-larut. Sesederhana itu aku bisa bahagia jika ada kamu tepat di sebelah kursi tempat aku terduduk. Pun sebaliknya, waktu terasa begitu lambat jika aku sedang tak berada dekat dengan mu. Karena sebagai anak rantau, ada agenda pulang yang harus aku tunaikan.
Mendekatkan jarak yang hanya sehari-dua hari melalui layar telepon genggam adalah ketenangan. Bagiku kamu adalah candu yang harus senantiasa dituruti. Bagiku kamu adalah ingin yang harus segera dipenuhi. Entahlah, kenapa denganmu aku merasa lengkap. Utuh menjadi bagian yang tak tersekat. Kemudian, setibanya kembali aku diperantauan kamu selalu menjadi hal pertama yang menemui.
Tuhan Maha Baik. Menghadirkan kamu yang begitu baik. Menitipkan sabar yang teramat luas pada lapang hati mu yang lepas. Menciptakan tenang yang sempurna dan melekatkannya pada tiap inci pola pikiranmu. Aku harus mengakui, kamu adalah air dari segala keapianku. Kamu adalah hujan dari segala kegersanganku. Kamu adalah udara dari sesak napas yang mencekik urat nadi ku. Terima kasih sudah mau menemukanku. Memilihku untuk menjadi bagian dari hidupmu saat ini. Aku juga harus mengakui, bahwa kamu adalah pembeda dari yang dahulu telah berlalu lalang hadir dihidupku. Kamu adalah hal baru yang tak sekalipun aku menemukan kesamaan dari yang pernah ada. Hingga aku tak punya kesempatan untuk menilaimu lebih baik atau lebih buruk dari yang lalu. Sebaiknya memang seperti itu. Tidak membandingkan adalah sebuah keharusan yang mutlak dilakukan dalam sebuah hubungan. Karena huruf tidak dicipta dengan nada suara yang sama. Nama alfabet terlahir memiliki beda yang terlihat cukup jelas. Sehingga memberi penilaian adalah bukan hal yang seharusnya dilakukan.
Kamu tidak sekalipun memaksa aku melakukan apa-apa yang tidak aku suka. Kamu bukan seperti lelaki kebanyakan yang manja kepada kekasihnya, meminta untuk berada di lapangan futsal untuk sekadar menungguimu bermain bola. Bahkan, setiap aku menawarkan diri atas keinginanku sendiri untuk menungguimu melakukan ibadah futsal, kamu selalu berkata,
"Tidak perlu sayang, kasihan kamu hanya berdiam 2 jam menunggu aku bermain. Nanti setelah selesai futsal aku jemput kamu. Temenin aku makan."
Bahkan, untuk hal-hal seperti ini kamu bisa membagi waktu antara temanmu dan aku. Ada kalanya aku bergabung dengan teman-temanmu. Ada kalanya kamu juga memang hanya perlu dengan temanmu, tanpa aku. Kamu mengajarkan hal-hal yang kamu suka dan kamu tidak suka dengan rangkaian kata-kata yang lirih. Tanpa tinggi nada bicaranya, kamu bisa membawaku yakin dan percaya.
Sekali lagi, terima kasih telah memilihku untuk menjadi lengkapmu yang selama ini kamu cari. Kamu adalah indah yang membuat bunga di hatiku selalu merekah.
Komentar
Posting Komentar